Muhammad Robith Fuadi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Meninjau Hukuman Mati Bagi Murtad (Kajian Hadist Tematik) Abdullah, M. Robith Fuadi
De Jure: Jurnal Hukum dan Syari'ah Vol 4, No 1: Juni 2012
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j-fsh.v4i1.2153

Abstract

  Kebebasan beragama adalah hal absolut yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia, karena ayat-ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang kebebasan beragama sangat terang dan jelas adanya. Namun, pada prakteknya kita menemui fenomena yang sangat kontradiksi. Banyak ilmuwan Islam yang menyatakan bahwa kebebasan beragama tersebut berlaku bagi orang non muslim. Sedangkan bagi seorang muslim, apabila ia keluar dari agama Islam, maka baginya dua pilihan yakni taubat atau hukuman mati. Dengan melakukan kajian Hadist tematik, tulisan ini bermaksud untuk mengecek validitas pendapat para ilmuwan muslim tentang hukuman mati bagi murtad. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hadits tentang hukuman mati bagi orang murtad tidak bisa difahami secara harfiah sehingga setiap orang murtad wajib dibunuh. Namun harus difahami beserta konteksnya, yaitu bahwa orang murtad yang boleh dibunuh adalah orang murtad yang memerangi Allah dan Rasul-Nya.  
Memahami Tasawuf Ibnuu Arabi dan Ibnuu al Farid: Konsep al Hubb Illahi, Wahdat al Wujud, Wahdah al Syuhud dan Wahdat al Adyan Fuadi, Muhammad Robith
ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam Vol 14, No 2 (2013): Islamic Studies
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.357 KB) | DOI: 10.18860/ua.v14i2.2654

Abstract

Kaum sufi menapaki jalan yang berbeda untuk menuju hakikat, mereka tidak menggunakan akal dan rasio untuk sampai pada hakikat. Akan tetapi, akal bukan satu-satunya jalan untuk menuju hakikat. Karena kita sering melihat sesuatu yang di luar jangkauan akal dalam hidup ini. Jalan yang ditempuh kaum sufi untuk menuju hakikat seperti kasyf, dzauq, 'iyan, musyahadah dan sebagainya dinilai sebagai sesuatu yang samar, tidak mempunyai batasan dan kaidah pasti, bahkan sering kali bercampur dengan igauan, mimpi, khayalan dan angan-angan. Tapi yang perlu kita ingat adalah bahwa media-media tersebut telah mampu menuntun manusia untuk memecahkan sesuatu yang tidak bisa dipecahkan oleh akal dan hukum-hukum fisika. Tulisan ini akan mengkaji gagasan-gagasan dua tokoh tasawuf besar yaitu Ibnu Arabi dan Ibnu al-Farid yang hidup  pada abad keenam dan ketujuh Hijriah. Tulisan ini secara spesifik akan mengkaji tiga gagasan penting ke dua tokoh tersebut. Yaitu al hubb al Ilahi, wahdat al Wujud dan wahdat al adyan.  
Rethinking Islamic Feminist Thought on Reinterpreting the Qur'an: An Analysis of the Thoughts of Aminah Wadud, Fatima Mernissi, Asma Barlas, and Riffat Hassan Fidhayanti, Dwi; Muhammad, Muhammad; Aunur Rofiq, Mahbub; Fuadi, Muhammad Robith; Hakim, Abdul; Bil Makkiy, Nabrisatul Chusna
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman Vol. 35 No. 1 (2024): Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman
Publisher : Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/tribakti.v35i1.4956

Abstract

This article aims to revisit Islamic feminist thought on the reinterpretation of the Qur'an by analyzing the views of four major figures in the movement: Aminah Wadud, Fatima Mernissi, Asma Barlas, and Riffat Hassan. This study uses a critical text analysis approach to understand the arguments and interpretations they put forward in interpreting Qur'anic verses related to gender. Through an in-depth analysis of their work in articles, books, and papers of their views. In addition, the article explores the ways in which these Islamic feminists reconstruct an understanding of sacred texts, highlighting differences in approach and common themes in their interpretations. In addition, it evaluates the impact of their reinterpretations of the Qur'an on traditional views in Muslim societies and their implications in the context of social change and gender equality. When examining Islamic feminist views on the Qur'anic reinterpretation, it is important to thoroughly understand the cultural and linguistic context of Arabic. Misconceptions regarding the interpretations of classical Muslim intellectuals, which are often considered discriminatory against women, are often due to a lack of understanding of the cultural and linguistic context of Arabic. Therefore, it is important to pay attention to linguistic and cultural contexts when interpreting sacred texts. On the other hand, feminists should also note that interpretations of the Qur'an do not always result in interpretations that are in line with their principles of gender equality. The theoretical implication is that, in an effort to understand the verses of the Qur'an related to gender issues, it is important to consider the cultural context, language, and comprehensive interpretation. There is room for dialog and deeper understanding between feminist views and traditional interpretations, by taking an approach that combines an understanding of classical Arabic culture with the values of gender equality championed by feminists.