Muhammad Yamin
Department Of Internal Medicine, Faculty Of Medicine University Of Indonesia-Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pedoman Terapi Memakai Alat Elektronik Kardiovaskular Implan (Aleka) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia 2014 Dicky A Hanafy; Yoga Yuniadi; Sunu B Raharjo; Alexander E Tondas; Adhantoro Rahadian; Muhammad Yamin; Daniel Tanubudi; Beny Hartono; Muhammad Munawar
Jurnal Kardiologi Indonesia Vol. 35, No. 3 Juli - September 2014
Publisher : The Indonesian Heart Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30701/ijc.v35i3.431

Abstract

PEDOMAN TERAPI MEMAKAI ALAT ELEKTRONIK KARDIOVASKULAR IMPLAN (ALEKA)Perkembangan dan kemajuan pada diagnostik dan terapi dalam tata laksana pasien dengan kelainan irama jantung merupakan dasar disusunnya pedoman terapi memakai alat elektronik kardiovaskular implan (Aleka) ini. Pedoman ini disusun oleh Perhimpunan Aritmia Indonesia - Indonesian Heart Rhythm Society (lnaHRS), sebuah kelompok kerja dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), berdasarkan pedoman terbaru yang dipublikasi oleh perhimpunan Eropa maupun Amerika Utara dan disesuaikan dengan keadaan lokal di Indonesia.Pedoman Aleka ini terdiri dari alat pacu jantung permanen (APJP), defibrilator kardiak implan (DKI) dan terapi resinkronisasi jantung (TRJ). Kumpulan rekomendasi ini memberi pedoman untuk penggunaan Aleka dengan tepat tetapi bukan sebagai pedoman untuk tata laksana aritmia secara umum.Bradikardia simtomatik menjadi indikasi implantasi APJP. Sebelum keputusan diambil untuk implantasi APJP, pertanyaan utama yang muncul adalah apakah simtom yang dialami pasien berhubungan dengan bradikardia, baik yang dicurigai maupun terdokumentasi. Ada kemungkinan bahwa kondisi yang terjadi bersifat sementara (akibat iskemia, efek samping obat, gangguan elektrolit, inflamasi, sepsis) dan dapat ditangani dengan pemacuan temporer serta dapat disembuhkan dengan mengobati penyebab yang mendasari. lndikasi implantasi APJP haruslah dievaluasi secara teliti dan dicari penyebab yang mendasari. lndikasi kelas I untuk implantasi APJP tidak dapat menyingkirkan pilihan tata laksana alternatif yang mungkin ada. Diagnosis banding termasuk penyebab kardiak maupun non-kardiak harus disingkirkan terlebih dahulu.Untuk terapi memakai Aleka, tidak hanya dibutuhkan pengetahuan gangguan irama jantung yang dalam namun juga pengetahuan teknik dasar. Pendekatan transvena telah mempermudah teknik bedah dan memudahkan tindakan implantasi sehingga dapat dilakukan oleh kardiolog. Hanya dengan memiliki pengertian yang mendalam mengenai keterkaitan antara fungsi dari pemacuan yang
Hubungan Fungsi Seksual dengan Kecemasan Pasien Pasca-Infark Miokard Akut Melinda Harini; Deddy Tedjasukmana; Tresia Fransiska U Tambunan; Muhammad Yamin; Petrin Redayani Lukman S; Hamzah Shatri; Melinda Harini
Jurnal Kardiologi Indonesia Vol. 37, No. 2 April - Juni 2016
Publisher : The Indonesian Heart Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30701/ijc.v37i2.568

Abstract

Background: Sexual dysfunction and anxiety frequently happens on patients after acute myocardial infarction (AMI) and can affect patients’ quality of life. The purpose of this study was to examine the assosiation of sexual function post-AMI patients with anxiety. Methods: It was a cross-sectional study. Respondents are patients in Integrated Cardiac Clinic of Cipto Mangunkusumo Hospital that meet inclusion and exclusion criteria. They signed informed consent. Sexual function was assessed using International Index of Erectyle Function (IIEF) and anxiety was assessed using Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). Results: Post-AMI patients had erectile dysfunction (82.5%), orgasm dysfunction (72.5%) and libido dysfunction (93.8%). Respondents expressed sexual intercourse dissatisfaction (97.5%) and overall dissatisfaction (90%). The proportion of post-AMI anxiety was 52.5%. There was no assosiation between sexual function post-AMI with anxiety. Conclusion: Anxiety and sexual dysfunction post-AMI is a considerable problem. Factors that affect anxiety and sexual dysfunction post-AMI needs to be explored further so that an integrated management guidelines could be proposed.