Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik SMA Pada Era Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Ilmi, Aziz Rizki Miftahul; Puspita, Erna
Jurnal Rekayasa Teknologi dan sains Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jrets.v6i1.5749

Abstract

ABSTRAK Pembelajaran fisika memiliki peran untuk melatih keterampilan peserta didik guna menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi berdasarkan observasi di salah satu SMA di Indramayu ternyata pembelajaran lebih bersipat teacher-oriented dan tidak pernah melibatkan permasalahan kontekstual, selain itu rata-rata hasil belajar peserta didik hanya mencapai nilai 57 jauh dibawah Kriteria Kteuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu sebesar 67. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pada pokok bahasan Usaha dan Energi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan control group pre-test – post-test design menggunakan teknik rotasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan skor hasil belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan N-Gain pada kelas yang mendapatkan pembelajaran berbasis masalah lebih besar dari kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Rata-rata N-gain kelas eksperimen mencapai 0,71 dengan kategori tinggi jauh di atas kelas control yang hanya memiliki rata-rata sebesar 0,63 dengan kategori rendah. Perbedaan ini juga secara signifikan dibuktikan melalui uji hipotesis non parametrik pada taraf signifikansi 0.05. Jadi dapat disimpulkan  penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan usaha dan energi lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Kata kunci:  pembelajaran berbasis masalah, hasil belajar, pembelajaran tatap muka terbatas  ABSTRACT Physics learning has a role to train students' skills to solve problems of everyday life. However, based on learning observations that have been carried out at one high school in the city of Indramayu, data have been obtained that physics learning is still student-centred and never involves contextual problems, besides that the average student learning outcome only reaches a value of 57, far below the minimum completeness criteria set, which is 67. The purpose of this study is to determine the effectiveness of the application of problem-based learning in improving student learning outcomes on the subject of Effort and Energy compared to conventional learning. The research method used is a quasi-experimental with a control group pre-test – post-test design using a rotation technique. The results of the analysis showed that the increase in student learning outcomes scores indicated by N-Gain in the class that received problem-based learning was greater than the class that received conventional learning. The average N-gain of the experimental class reached 0.71 with a high category, far above the control class which only had an average of 0.63 in the middle category. This difference was also significantly proven through non-parametric hypothesis testing at a significance level of 0.05. So it can be concluded that the application of problem-based learning models on the subject of Business and Energy is more effective in improving student learning outcomes compared to conventional learning. Keywords: problem-based learning, learning outcomes, limited face to face learning
MENGAJARKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DI KELAS Ilmi, Aziz Rizki Miftahul; Puspita, Erna
Jurnal Rekayasa Teknologi dan sains Vol 7, No 1 (2023): Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jrets.v7i1.8634

Abstract

ABSTRAK Keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) adalah keterampilan abad 21 yang meliputi berpikir kritis, reflektif, logis, metakonisi, dan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah baru (King et al., 2012). Keterampilan ini juga mencakup kemampuan dalam taksonomi Bloom yang meliputi kemmpuan analisis, sintesis, dan evaluasi. Skill ini penting karena era industri 4.0 menuntut setiap pelaku industri memiliki HOTS. Dalam kurikulum nasional pembelajaran bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan antara lain kreatif, kritis, kolaboratif, komunikatif, dan mampu menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah. Pentingnya HOTS dalam menghadapi tantangan zaman menjadi dasar mengangkat isu ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif melalui studi literatur untuk menjawab beberapa permasalahan diantaranya: Apa yang dimaksud dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi? Mengapa keterampilan berpikir tingkat tinggi harus dilatih dalam pembelajaran? Bagaimana cara melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran? Hasil penelitian menunjukkan bahwa HOTS merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dilatihkan dalam pembelajaran karena merupakan amanat kurikulum nasional dan juga menjalankan fungsi pendidikan sebagai upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan abad ini. Selain itu, pengembangan pembelajaran HOTS harus memperhatikan beberapa hal antara lain: model dan pendekatan yang digunakan, kegiatan pembelajaran yang dilakukan, permasalahan yang disajikan, dan kompetensi yang diajarkan dan dinilai.Kata kunci:  pembelajaran sains, HOTS, higher-order thinking skills  ABSTRACT Teaching Higher Order Skills In The Classroom. Higher-order thinking skills (HOTS) are one of the skills that must be mastered in the 21st century. These skills include critical thinking, reflective thinking, logical thinking, metacognition, and creative thinking in solving a new problem (King et al., 2012). These skills also include abilities in bloom’s taxonomy which includes the top three levels of taxonomy analysis, synthesis, and evaluation. This skill is important because industry era 4.0 requires every industry player to have HOTS. On the other hand, learning is a process carried out to prepare humans to face the challenges of the century. In the National Curriculum, science learning has the aim of equipping students with a variety of abilities including creative, critical, collaborative, communicative, and able to use knowledge to solve problems. The importance of higher-order thinking skills in facing the challenges of the times is the basis for raising this issue. This study uses descriptive qualitative methods through literature studies to answer several problems including What are higher-order thinking skills? Why should higher-order thinking skills be trained in learning? How to train higher-order thinking skills in learning? The results of this study show that HOTS is a very important skill to be trained in learning. This is because it is the mandate of the national curriculum and also a function of education as an effort to prepare students to face the challenges of this century. In addition, the development of HOTS learning must pay attention to several things including the models and approaches used, the learning activities carried out, the problems presented, and the competencies taught and assessed. Keywords: learning sains, HOTS, higher-order thinking skills
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NU KAPLONGAN KECAMATAN KARANGAMPEL KABUPATEN INDRAMAYU Rasnita, Rasnita; Dewi, Rahma; Ilmi, Aziz Rizki Miftahul
Jurnal Rekayasa Teknologi dan sains Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Rekayasa, Teknologi, dan Sains
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jrets.v5i1.4714

Abstract

ABSTRAK Pentingnya pendidikan bukan satu hal yang diragukan lagi diseluruh dunia khususnya di Indonesia. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT., dalam Al Qur’an surah Al-Mujadilah Ayat 11. Pendidikan adalah salah satu sektor yang memiliki kedudukan yang sangat penting, selain itu pendidikan saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat pesat. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Darmaningtyas, 2004: 235).Proses pendidikan bertujuan untuk merubah tingkah laku dan sikap siswa dengan tujuan kognitif, afektif dan psikomotor.Proses ini merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan. Pada sistem pendidikan yang hanya mengembangkan salah satu ranah yaitu kognitif, afektif, atau bahkan rana psikomotor saja tidak akan dapat menghasilkan lulusan yang professional. Dengan tingginya ranah kognitif dan psikomotorik seseorang tanpa dibekali dengan rana afektif (sikap) maka siswa tidak akan mampu memanfaatkan kemampuannya dengan optimal. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan antara satu sama lainnya. Penelitisn ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan bentuk quasi eksperimen ( quasi experimental ). Desain ini mempunyai kelompok control tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabelvariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (sugiyono, 2013:116). Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen terbimbing didapat dari data pretest dan posttest yang terdiri dari 15 item soal yang berbentuk pilihan ganda dengan jumlah siswa 36 siswa. Dalam penelitian ini penulis mengambil dari dua kelas yang dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada kelas ekperimen diberi perlakuan berupa metode pembelajaran eksperimen terbimbing.Kata kunci : Pendidikan, kognitif, afektif, psikomotor, quasi eksperimen, professional.ABSTRACT The Effect Of Guided Experimental Learning Methods On Students' Learning Outcomes On Simple Aircraft Materials In Class VIII Of The First Middle School (SMP) NU Kaplongan Karangampel District Indramayu Regency. The importance of education is not one thing that is not in doubt throughout the world, especially in Indonesia. This is in line with the word of Allah SWT, in the Qur'an Surah AlMujadilah Verse 11. Education is one sector that has a very important position, besides that education is currently undergoing very rapid changes. In accordance with Article 1 of the Republic of Indonesia Law Number 20 of 2003 concerning the National Education System (Sisdiknas), education is a conscious and planned effort to create a learning atmosphere and learning process so that students actively develop their potential to have the power of self-control, self-control, personality, intelligence, noble character, and skills needed by himself, society, nation and state (Darmaningtyas, 2004: 235). The educational process aims to change the behavior and attitudes of students with cognitive, affective and psychomotor goals. This process is a very important component. important in the education system. In an education system that only develops one domain, namely cognitive, affective, or even psychomotor shutters, it will not produce professional graduates. With a person's cognitive and psychomotor domains without being equipped with affective (attitude) then they will not be able to utilize their abilities optimally. These three aspects are interrelated with each other. This researcher uses an experimental research method in the form of a quasi-experimental (quasi-experimental). This design has group control but does not fully function to control external variables that affect the implementation of the experiment (Sugiyono, 2013: 116). Student learning outcomes using the guided experimental learning method were obtained from pretest and posttest data consisting of 15 items in the form of multiple choice questions with a total of 36 students. In this study, the authors took from two classes that were used as the experimental class and the control class, the experimental class was treated in the form of a guided experimental learning method.Keywords: Education, cognitive, affective, psychomotor, quasi-experimental, professional.