Claim Missing Document
Check
Articles

The Relationship between Social Status and Students’ Consumptive Behaviour Triana, Layli; Martono, Nanang
The Journal of Society and Media Vol 5, No 1 (2021): Life Changes in Social Life and Media
Publisher : Department of Social Science, Faculty of Social Science &Law, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jsm.v5n1.p58-77

Abstract

Globalization has had some effects the evolution of game forms from traditional to modern. Online games are one of the most common types of modern games. Online games are games that can be accessed by internet-connected and are played on computers, laptops, cellphones, and other devices. Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) is the most popular online games in Indonesia. Playing mobile legends online games can have an impact on consumptive behavior among college students. This article explains the relationship between social status and consumptive behavior of Soedirman E-sport Unsoed and explain the relationship between the frequency of playing Mobile Legend Bang-bang (MLBB) with the consumer behavior of Sudirman E-sport students of Jenderal Soedirman University. This study uses a survey method and takes a random sample of 200 members of the Soedirman E-sport Unsoed. The number of samples taken was 67 students. The results showed that first, social status variables were positively related to student consumptive behavior. Both have a correlation value of 0.328 with a significance level of 0.004. The higher the social status, the higher the consumptive behavior of students. Second, the frequency of playing mobile legends online games is positively related to consumptive behavior.
The Strategy of Poor Students Dealing with The Home-Learning System Martono, Nanang; Naura, Nabilla Khansa; Isnania, Rahma; Lisnawati, Lisnawati; Nugraheni, Rakhma
The Journal of Society and Media Vol 4, No 2 (2020): Pandemic in Society and Media
Publisher : Department of Social Science, Faculty of Social Science &Law, Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jsm.v4n2.p348-366

Abstract

This paper describes the strategy of poor students dealing with the home-learning system in the time of COVID-19. The home-learning system, however, theoretically generates the digital divide for the majority of poor students because they have less capital and resources. In order to be involved in the system, they have to afford themselves in getting the digital devices, such as smartphones and laptop. It uses the qualitative method undertaken in four regencies: Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, and Tegal. The poor students who undergo the home-learning system in those regencies are enlisted to be purposive samples. The profile is selectively included because of their lack of means in dealing with the system. For this study, we analyze the data collected from in-depth interviews, observation, documentation, followed by constant comparative analysis. The result indicates that most poor students only have the worksheets (LKS) and books as their primary learning resources. The poor students cannot optimally undergo the system due to the financial constraints which lead to the shortage of use of technology. Also, the intensity of parental participation during school hours is low due to their educational background and working hours. The condition is also worsened by the absenteeism of the teacher.
Tingginya dominasi siswa laki-laki dalam pemberitaan kekerasan dalam portal berita online Apriyanti, Siti; Martono, Nanang
Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia Vol 7, No 2 (2021): Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/120212819

Abstract

Artikel ini menganalisis kasus kekerasan dalam pendidikan yang melibatkan guru dan siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dalam bentuk analisis isi berita kasus kekerasan dalam pendidikan disepanjang tahun 2019. Penelitian ini memanfaatkan informasi-informasi dalam portal berita online mengenai kasus kekerasan dalam pendidikan sebagai sumber data primer. Adapun variabel yang dibahas pada penelitian ini yaitu status pelaku dan korban kekerasan (guru dan siswa), jenis kelamin pelaku dan korban kekerasan (laki-laki dan perempuan), jenjang pendidikan terjadinya tindak kekerasan (SD, SMP, dan SMA), bentuk kekerasan yang sering terjadi (kekerasan fisik dan kekerasan psikis), dan motif pelaku melakukan tindak kekerasan (Faktor psikologis, faktor kedisiplinan, faktor dendam dan faktor gangguan seksual). Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa: status pelaku dan korban kekerasan didominasi oleh siswa; sebagian besar jenis kelamin pelaku dan korban kekerasan dalam pendidikan adalah laki-laki; sebagian besar tindak kekerasan terjadi di SMA; bentuk kekerasan yang sering terjadi dalam pendidikan yaitu kekerasan fisik (memukul, menampar, menikam, dan lain-lain); dan motif pelaku melakukan tindak kekerasan adalah faktor kedisiplinan.
SEKOLAH INKLUSI SEBAGAI ARENA KEKERASAN SIMBOLIK Nanang Martono
Sosiohumaniora Vol 21, No 2 (2019): SOSIOHUMANIORA, JULI 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.102 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v21i2.18557

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan kekerasan simbolik yang terjadi di sekolah favorit. Ketika siswa dari keluarga miskin diberi kesempatan bersekolah di sekolah yang mayoritas siswa berasal dari kelas atas, maka siswa dari kelas bawah akan mengenal banyak habitus kelas atas. Di sinilah awal terjadinya kekerasan simbolik di sekolah. Studi ini menggambarkan bagaimana siswa miskin melakukan interaksi sosial di sekolah meskipun memiliki habitus yang berbeda dengan habitus mayoritas siswa di sekolah. Sekolah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah sekolah yang didominasi siswa kelas atas di Kota Cilacap. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai beberapa siswa miskin di sekolah tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa beberapa siswa merasa minder ketika harus berinteraksi dengan siswa kaya. Mereka sulit mengikuti habitus temannya yang berasal dari kelas atas, misalnya: nonton film di bioskop, jalan-jalan ke mall, dan lainnya. Siswa lain memiliki bersikap masa bodoh dan tidak dekat dengan temannya yang berbeda kelas sosial. Kesimpulan studi menyatakan bahwa sekolah inklusi yang mengakomodasi siswa dari banyak golongan sosial ekonomi merupakan upaya strategis pemerataan kesempatan belajar. Namun di sisi lain, ketika sebuah sekolah didominasi siswa dari kelas atas, maka kondisi ini sebenarnya kurang menguntungkan bagi siswa miskin di sekolah yang tersebut. 
ENTREPRENEURIAL PERCEPTION AND MOTIVATION OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL STUDENTS IN PURWOKERTO Nabilla Khansa Naura; Nanang Martono; Elis Puspitasari
Sosiohumaniora Vol 24, No 1 (2022): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, MARCH 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v24i1.31879

Abstract

This paper is the research result that aims to describe the entrepreneurial perception and motivation of vocational high school students in Purwokerto. The topic is mainly brought by the increasing unemployment rate in Indonesia and the rise of job competition after the ASEAN Economic Community. Consequently, the vocational education role could necessarily have prepared individuals to acquire the industry’s qualification. However, the system needs to be adequately improved to hone skills while making money. This research design is the quantitative method, using a survey to examine vocational high school students’ entrepreneurial perception and motivation at two state vocational high schools in Purwokerto. The author randomly took the twelfth grader as the sample. To analyze the data, the author used the descriptive method by using frequency distribution to display the frequency of various selection outcomes. The findings show that 77.8 percent of respondents possess a positive entrepreneurial perception. On the other side, 78.8 percent of respondents have high entrepreneurial motivation. Nonetheless, vocational students’ unreadiness still becomes the main roadblock, causing them to choose to look for a job over setting up a business. Strategic action is needed so that they would not only be confident but ready to create opportunities in the job field.
DESKRIPSI HABITUS DALAM BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK IPS SEKOLAH DASAR Nanang Martono *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 9, No 2 (2012): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.7 KB) | DOI: 10.21831/socia.v11i02.3610

Abstract

Artikel ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan habitus yang digambarkan dalam BSE mata pelajaran IPS SD. Keberadaan habitus tersebut diobservasi dalam beberapa kalimat dan gambar yang disajikan dalam BSE. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi dengan memanfaatkan BSE IPS SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyajian materi dalam BSE IPS SD Iebih banyak menggambarkan atau menyajikan habitus kelas atas. Inilah yang ke-mudian disebut sebagai mekanisme kekerasan simbolik melalui materi pelajaran di sekolah. Kekerasan simbolik terjadi ketika siswa dari kelas bawah dipaksa untuk mempelajari habitus kelas atas.Mekanisme ini dapat terlihat jelas dalam beberapa kalimat dan gambar dalam BSE IPS yang sebagian besar hanya menggambarkan gaya hidup (habitus) masyarakat kelas atas. Sementara gaya hidup kelas bawah, sedikit sekali digambarkan dalam BSE IPS. Fenomena ini mengindikasikan terjadinya ketimpangan sosial dalam materi pelajaran. Habitus kelas bawah, mendapat porsi yang sangat sedikit dalam materi BSE. Kata kunci: habitus, BSE, sekolah dasar, IPS, kekerasan simbolik
POTRET SI FAHMI: SISWA KAYA YANG GAGAL BERPRESTASI Sintia Margani; Nanang Martono; Elis Puspitasari
Jurnal Sosiologi Nusantara Vol 7, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/jsn.7.1.17-36

Abstract

Artikel ini menggambarkan habitus siswa kelas atas yang gagal mengukir prestasi di sekolah. Siswa kelas atas gagal berprestasi karena tidak memiliki habitus berprestasi seperti belajar dengan konsentrasi, mendengarkan guru, aktif bertanya dan menjawab, membaca dan membuat catatan, membuat jadwal belajar dan pelaksanaannya, mengatur waktu belajar, mengulang pelajaran, mengerjakan PR serta menghafal pelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan metode life history yang dilakukan di salah satu SMA di Kota Cilacap. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu siswa kaya yang gagal berprestasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan berbagai “modal” seperti modal ekonomi (berasal dari keluarga kelas atas), budaya (memiliki banyak pengalaman sosial), sosial (jaringan pertemanan) dan simbolik (memiliki banyak fasilitas belajar) tidak membuat siswa kaya dapat berprestasi. Salah satu contohnya adalah Fahmi. Ia gagal berprestasi karena memiliki habitus malas, gemar menyontek, senang bermain, serta memiliki kebiasaan membolos. Habitus tersebut terbentuk melalui proses sosialisasi habitus yang terjadi di lingkungan keluarga, pertemanan dan sekolah. Habitus malas belajar berkembang karena lingkungan keluarga yang tidak membiasakan Fahmi untuk belajar membaca dan menulis sejak kecil. Lingkungan sekolah juga mengembangkan habitus malas belajar melalui cara mengajar guru yang membiasakan siswanya untuk menghapal soal. Lingkungan pertemanan bahkan berperan besar menumbuhkan semua habitus yang melekat pada Fahmi. Jadi, kegagalan berprestasi yang dialami Fahmi disebabkan kegagalan sosialisasi habitus berprestasi di lingkungan keluarga, pertemanan dan sekolah meskipun ia memiliki banyak modal yang dapat digunakan untuk mendukung capaian belajarnya.Kata Kunci: Habitus, Modal, Prestasi, Siswa Kaya 
Upaya Peningkatan Partisipasi Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Melalui Metode Peer Teaching dan Brainstorming Nanang Martono
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 14 No. 75 (2008)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v14i75.382

Abstract

Salah satu permasalahan yang dihadapi dosen di kelas adalah mahasiswa yang pasif selama proses pembelajaran, terutama bila kelas yang ada adalah kelas besar. Artikel ini ditulis berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), untuk mengatasi rendahnya partisipasi mahasiswa tersebut melalui diskusi kelompok (menggunakan metode peer teaching) dan diskusi kelas (menggunakan metode brainstorming). Langkah pertama yang dilakukan adalah dosen menyampaikan materi kepada mahasiswa. Di akhir proses pembelajaran, dosen memberikan materi diskusi untuk didiskusikan secara berkelompok. Proses diskusi kelompok dilakukan di luar jam kuliah. Metode brainstorming dilakukan pada pertemuan berikutnya setelah diskusi kelompok. Dalam diskusi ini, salah satu atau dua kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok yang lain bertugas sebagai audience yang menanggapi hasil diskusi kelompok presenter. Hasil PTK menunjukkan bahwa hampir 75 persen mahasiswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok. Pada diskusi kelas, 15 persen mahasiswa juga aktif selama diskusi.
Kritik Sosial Terhadap Praktik Pendidikan Dalam Film “Laskar Pelangi” Nanang Martono
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 16 No. 3 (2010)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v16i3.466

Abstract

This article is an analysis of the criticisms of the practice of education in Indonesia. This criticism is based on the storyline presented in the “Laskar Pelangi” (LP) movie. This article aims to analyze the essence of the LP movie seen through the sociologycal perspective. The essence of the film is more focused on social criticism conveyed through this film. Theoretically, education has two conflicting functions. According to the functional perspective, the positive function of education are transmit values across generations. Instead, the conflict perspective to explain that education actually leads to social inequality. More symbolic interactionism perspective see how the actors involved in the education process related to each other. Some of the criticism is delivered in between the formal education process that leaves the essence of education itself, the exclusivity of school functions, the formalization of education, inequality of access to education for lower-class society that cause social inequality, educational autonomy have not fully autonomous and the dichotomy of your favorite school and favorite. These conditions that characterize the dynamics of ational education so far has led to social inequality. ABSTRAKArtikel ini merupakan analisis mengenai kritik terhadap praktik pendidikan di Indonesia. Kritik ini lebih didasarkan pada alur cerita yang disampaikan dalam film “Laskar Pelangi” (LP). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis esensi film LP yang dilihat melalui kaca mata sosiologi. Esensi film lebih difokuskan pada kritik sosial yang disampaikan melalui film ini. Secara teoritis, pendidikan memiliki dua fungsi yang saling bertentangan. Menurut perspektif fungsional, pendidikan berfungsi positif untuk mentransmisikan nilai-nilai antargenerasi. Sebaliknya, perspektif konflik menjelaskan bahwa pendidikan justru menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial. Perspektif interaksionisme simbolik lebih melihat pada bagaimana aktor-aktor yang terlibat dalam proses pendidikan saling berhubungan. Beberapa kritik yang disampaikan di antaranya adalah mengenai proses pendidikan formal yang meninggalkan hakikat pendidikan itu sendiri, eksklusifitas fungsi sekolah, formalisasi pendidikan, ketidakmerataan akses pendidikan bagi masyarakat kelas bawah yang menyebabkan ketidaksetaraan sosial, otonomi pendidikan yang sepenuhnya belum otonom serta dikotomi sekolah favorit dan tidak favorit. Kondisi-kondisi inilah yang mewarnai dinamika pendidikan nasional sampai saat ini yang telah menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan sosial. 
Karakteristik Lapangan Pekerjaan: Analisis Isi Iklan Lowongan Kerja di Media Surat Kabar Nanang Martono
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 16 No. 6 (2010)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v16i6.500

Abstract

This article is the result of research that describes the various forms of employment published in newspaper. The purpose of this study was to describe the types of jobs and the criteria required prospective workers published in the mass media. The study was conducted using content analysis of job ad in Kompas, Suara Merdeka and Radar Banyumas. Results showed that jobs available were a job as officer and sales staff; sex most needed in the labor market are women; more jobs require prospective workers and high school diploma graduates; field of science most needed is accounting and techniques. Most of employment priority to individuals who can operate the computer and master in English language. ABSTRAKArtikel ini merupakan hasil penelitian yang menggambarkan berbagai bentuk lapangan pekerjaan dipublikasikan melalui media surat kabar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan jenis lapangan pekerjaan serta kriteria calon tenaga kerja yang dibutuhkan yang dipublikasikan di media massa. Penelitian dilakukan menggunakan analisis isi iklan lowongan pekerjaan di harian Kompas, Suara Merdeka dan Radar Banyumas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan yang banyak tersedia adalah pekerjaan sebagai staf kantor dan sales; jenis kelamin yang paling banyak dibutuhkan di pasar kerja adalah perempuan; lapangan pekerjaan lebih banyak membutuhkan calon tenaga kerja lulusan SMA dan diploma; bidang ilmu yang paling banyak dibutuhkan adalah akuntansi dan teknik. Sebagian besar lapangan pekerjaan mengutamakan individu yang mampu mengoperasikan komputer dan menguasai Bahasa Inggris.
Co-Authors Abd. Rasyid Syamsuri Achsan, Ibnu Adinda Triani Rahma Putri Agung Kurniawan Agung Kurniawan Aldri Frinaldi Alfiana Meyla Putri Amalia Nur Ramadhani Apriliani, Adelia Apriyanti, Siti Arif Darmawan Arlina, Dyah Nur Aurellia, Alya Nisa' Ayuningsih, Iis Baharuddin, Nalfaridas Elis Puspitasari Elis Puspitasari Elsa Novi Pravitriani Elsya Wahyuni Endang Dwi Sulistyoningsih Febryanti, Mirna FX Wardiyono Wardiyono Gandarukmi, Mijil Sekar Hadiraharjo, Muhamad Dwidyandra Haura Sabitta Zikra Loen Hepi Nursela Herni Yulianti Ilham Manziz Imam Santosa Indratno, Geisella Purnamaputri Ishfa Nur Azizah Isnania, Rahma Kintan Putri Salsabiil Kusuma, Andhika Raka Kusuma, Lisa Dwijaya Laetare Clara Febrianti Laila Sabrina Layli Triana Lisnawati Lisnawati Lisnawati Lisnawati Luhjingga Panasari Urbaningrum Maharani, Aulia Putri Marlinah, Titi Maulida, Maliha Binta Mawarni, Gina Putri Mentari, Tania Ridi Putri Mintarti Mintarti Mintarti Mintarti Mintarti Mintarti, Mintarti Nabilla Khansa Naura Nabilla Khansa Naura Nafa Izah Nafa Izah Naura, Nabilla Khansa Nike Rifda Salsabila Noviana, Zein Kharisma Yogi Nugraheni, Rakhma Nurhikmah, Nazilah Nurokhmah, Wulan Nurrokhmah, Wulan Nurul Hidayati Olivia Nur Fatimah Pamekas, Anggraitha Widya Cahyaningrum Pamungkas Handika Pangesti, Shinta Maulidya Permata Indah Sari Permatasari, Sri Metaria Pingkan Zahra Azizah Prasetyoningsih, Tri Wahyu Setiawan Pravitriani, Elsa Novi Primadata, Ankarlina Pandu Putri, Amanda Nurmala Radite, Nabila Dian Rahayu, Retno Sri Rahma Isnania Rahma Isnania Rakhma Nugraheni Ratna Dewi Ratna Dewi Regina Agistira Helena Rifa'i Setia Utama Rinaningsih Rinaningsih Riyanti, Salwa Rumaisha Cahaya Insannia Sabita Alya Siti Azahra Sabrina, Laila Safitri, Annisa Aulia Salma, Nisrina Dheya Salsabilla Retno Sedah Mirah Murcahyaningrum Sentot Satrio Wibisono Shafara, Adiva Putri Sintia Margani Siti Murtafiah Suci Ramadhani, Suci Sugeng, Santoso Sulyana Dadan Tri Rini Widyastuti Tri Rini Widyastuti Triana, Layli Tutut - Setianingsih Tyas Retno Wulan Umami, Zahratul Urip Tri Wijayanti Vina Octaviani Viona, Riyani Lintang Wardhana, Ivan Satria Wiman Rizkidarajat Wulan Nurrokhmah Xielfa, Balqist Maghfira Zahrah, Vidya Lathifa