Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Effect of Non-Coding Region RNA Gene XIST (X-Inactive Specific Transcript) on Human Breast Cancer Umar, Liya Agustin
Biomedical Journal of Indonesia Vol. 7 No. 2 (2021): Biomedical Journal of Indonesia
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Faculty of Medicine, Universitas Sriwijaya) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bji.v7i2.290

Abstract

X chromosome is a sex chromosome found in both women and men. The inactivation of the X chromosome is linked to a non-coding region of RNA known as the XIST gene (X-inactive specific transcript). This gene is located in the X inactivation center (XIC X-inactive center). The XIST gene is a region that belongs to the RNA group, non-coding transcripts (NCT), also known as microRNA. Breast cancer (Breast Cancer) is a type of cancer that commonly affects women, but men can develop breast cancer, but the chances are small, about 1 in 1000. Breast cancer is a cancerous neoplasm that is malignant, and occurs in the mammary gland. The presence of a specific XIST gene on the X chromosome and the prevalence of breast cancer, which is mostly in women, raises the idea that there is an influence of this gene on breast cancer (breast cancer) in the epigenetic process. The XIST gene related to microRNA has an opportunity to be looked at because certain microRNAs have a greater or lesser level (concentration) in cancer cells than normal cells. This is a new opportunity to continue to be developed as a consideration for a new treatment method involving gene therapy.
Akurasi Pemeriksaan Kato-Katz dan Mini-Flotac Dalam Diagnosis Kecacingan pada Feses Segar dan Feses Awetan Iqbal, Maulana; Triana, Dessy; Rizqoh, Debie; Gunasari, Lala Foresta Valentine; Umar, Liya Agustin
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 19, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
Publisher : Faculty of Public Health, Faculty of Medicine and Health, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jkk.19.1.74-82

Abstract

Soil transmitted helminth (STH) penyebab infeksi kecacingan dengan insiden 24% pada populasi di dunia. Diagnosis infeksi STH dapat dilakukan dengan pemeriksaan feses secara mikroskopis dengan metode Kato-Katz sebagai baku emas dan metode Mini-Flotac. Tujuan penelitian menganalisis akurasi hasil pemeriksaan feses menggunakan metode Kato-Katz dan metode Mini-Flotac pada feses awetan formalin 10%. Rancangan penelitian menggunakan studi observasional dengan uji diagnostik. Subjek pada penelitian berjumlah 140 sampel feses awetan formalin 10% selama 13 bulan. Pemeriksaan spesimen feses awetan menggunakan metode Kato-Katz dan Mini-Flotac serta diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Data analisis dilakukan dengan uji T. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel feses awetan terinfeksi Ascaris lumbricoides dengan metode Kato-Katz (34,28%) dan Mini-Flotac (41,42%), dan infeksi Trichuris trichiura dengan metode Kato-Katz (15,71%) dan Mini-Flotac (22,85%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode Kato-Katz dan Mini-Flotac dalam mendeteksi infeksi Ascaris lumbricoides (p=0.96) dan Trichuris trichiura (p=0,76). Metode Mini-Flotac dapat menjadi alternatif dalam diagnosis infeksi STH.
Literature Review : Polimorfisme Genetik Sebagai Prediktor Kejadian Spinal Tuberkulosis Athaya, Muhammad Hafizh; Nabila, Audi Bilqis; Aisyah, Siti; Jaya, Aryc Oktarian; Umar, Liya Agustin
Jurnal Medika Malahayati Vol 8, No 3 (2024): Volume 8 Nomor 3
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v8i3.15154

Abstract

Spinal tuberkulosis merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh infeksi virus Mycobacterium tuberculosis yang terjadi pada ekstra paru. Penyakit ini tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di seluruh dunia karena mudahnya rantai penularan penyakit ini yang dapat meningkatkan kasus per tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui polimorfisme gen yang menjadi prediktor kejadian spinal tuberkulosis dengan metode literature review. Data yang didapatkan berasal dari database elektronik, yaitu Pubmed antara tahun 2019-2024. Terdapat empat artikel yang berkaitan, dan empat artikel yang dipilih untuk ditelaah. Tiga dari empat artikel menyatakan adanya hubungan polimorfisme gen dengan kejadian spinal tuberkulosis, yaitu polimorfisme gen IL-10, SLC11A1 (NRAMP1)rs lokus 17235409 (D543N), dan (MIF)-173G/C. Satu dari empat jurnal menyatakan bahwa polimorfisme gen TNF-α-308 dan TNF-α-238 tidak ada hubungan atau sedikit sekali hubungan dengan penyakit ini. Kesimpulan literature review adalah beberapa polimorfisme gen saja yang dapat menjadi prediktor spinal tuberkulosis, dikarenakan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian spinal tuberkulosis.
POTENSI CURCULIGO LATIFOLIA SEBAGAI ALTERNATIF ARTIFICIAL SWEETENER ANTIDIABETIK : LITERATUR REVIEW Loka, Kingkin Dia Pita; Umar, Liya Agustin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.49440

Abstract

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai oleh tingginya kadar glukosa darah akibat gangguan sekresi atau kerja insulin. Salah satu pendekatan dalam penanggulangan diabetes adalah pengurangan konsumsi gula dan penggunaan pemanis alami sebagai alternatif yang lebih aman. Curculigo latifolia, tumbuhan asli Asia Tenggara, dikenal memiliki senyawa kurkulin yang memberikan rasa manis intens namun tidak berkalori, serta menunjukkan potensi aktivitas antidiabetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi Curculigo latifolia sebagai pemanis alami sekaligus agen antidiabetik melalui telaah literatur. Metode yang digunakan adalah studi literatur sistematis terhadap artikel ilmiah yang relevan dari database seperti PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar selama kurun waktu 2018–2025. Hasil kajian menunjukkan bahwa senyawa kurkulin dalam C. latifolia memiliki kemampuan merangsang rasa manis pada lidah tanpa memengaruhi kadar glukosa darah. Selain itu, ekstrak tanaman ini juga mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoid dan fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan dan inhibitor enzim α-glukosidase serta α-amilase, yang berperan dalam pengendalian glukosa darah. Dengan demikian, Curculigo latifolia memiliki potensi ganda sebagai pemanis alami dan agen antidiabetik, namun penelitian lanjutan, khususnya uji klinis, masih dibutuhkan untuk validasi efektivitas dan keamanannya dalam penggunaan jangka panjang.