Wulandari, Ririn Arminsih
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

BENZENE EXPOSURE ANALYSIS IN INFORMAL SHOE INDUSTRY WORKERS IN SUKAJAYA VILLAGE, WEST JAVA VIA LEUKOCYTE COUNT AND S-PHENYLMERCAPTURIC ACID MEASUREMENT IN URINE Agustina, Lora; Wulandari, Ririn Arminsih
Public Health of Indonesia Vol. 5 No. 4 (2019): October - December
Publisher : YCAB Publisher & IAKMI SULTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36685/phi.v5i4.300

Abstract

Background: Benzene is a hematotoxic and carcinogenic compound contained in the glue used in the shoe industry. This compound has been suspected of causing decreased leukocyte counts, which is one of the blood cell production disorders. Benzene exposure can be determined by measuring the concentration of S-phenylmercapturic acid (S-PMA) in urine.Objective: This study was conducted to determine the association between S-PMA urine concentration and the leukocyte count of shoe industry workers.Methods: The study design was cross sectional and the data were collected by conducting interviews, analyzing urine samples for S-PMA concentrations, and conducting blood examinations. Chi square and multiple logistic regression were used for the analysis.Results: The results showed there were no concentrations of S-PMA in urine that exceeded the Biological Exposure Index (BEI) value (≤25 μg/g creatinine). Higher S-PMA concentrations in this study show a higher risk of decreased leukocyte counts. When controlling for age, duration of work, history of infection, Body Mass Index (BMI), smoking, occupation, and exercise, workers with high S-PMA urine concentration were found to be at higher risk of a decreased leukocyte count.Conclusion: Although S-PMA urine concentrations were still below BEI values, workers with higher S-PMA urine concentration were more at risk of leukocyte counts of < 5.0 x 103/μL. The decrease in the minimum BEI S-PMA limit value was lower than the current standard may need to be considered.
FAKTOR CUACA TERHADAP KASUS TERKONFIRMASI AKTIF COVID-19 Azmy, Ariny Rosyada; Wulandari, Ririn Arminsih
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 17, No 1 (2022): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v17i1.2459

Abstract

Cuaca merupakan faktor penting dalam wabah penyakit menular. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kenaikan kasus COVID-19 yang cukup signifikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor cuaca terhadap kasus terkonfirmasi aktif COVID-19 di Kota Bandung. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan merupakan jenis penelitian epidemiologi deskriptif dengan desain studi ekologi. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama kurun waktu 1 tahun (2020-2021). Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman variabel cuaca terhadap COVID-19 pada lag 5 hari COVID-19 didapatkan hubungan yang signifikan pada suhu rata-rata (p value = 0.0001), kelembaban rata-rata (p value = 0.015), dan kecepatan angin rata-rata (p value = 0.001) terhadap kasus terkonfirmasi aktif COVID-19 di Kota Bandung. Dalam penelitian ini suhu rata-rata, kelembaban rata-rata, dan kecepatan angin berhubungan signifikan terhadap kasus COVID-19. Hasil ini dapat membantu para stakeholder untuk menyusun kebijakan yang efektif dengan mengetahui indikator meteorologi terhadap pola perilaku virus SARS-CoV-2.
Spatial Analysis of Diarrhea Incidences, Environmental Influences, and Behavioral Factors in An Ecological Study Adria, Baby Putri; Wulandari, Ririn Arminsih; Kurniasari, Fitri
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 19 No. 4: DECEMBER 2023
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/mkmi.v19i4.28644

Abstract

Diarrhea is a global health problem that causes morbidity and death in all age groups. Among the cities in Indonesia, Depok has the second-highest incidence of diarrhea outbreaks. Although previous studies have shown the correlation between diarrhea and environmental and behavioral factors, the spatial analysis of these factors is still very limited. Therefore, in this study, we investigated the spatial analysis of the association between diarrhea incidence and environmental and behavioral factors using an ecological study. The secondary data from the Depok City Health Office were used in the analysis. Our results showed a significant relationship between proper drinking water coverage (p = 0.00; r = -0.289) and healthy latrine coverage (p = 0.02; r = -0.233) with the incidence of diarrhea. Meanwhile, household coverage of Clean and Healthy Behavior (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)) and population density showed no significant association. Spatial analysis maps also revealed the distribution pattern of diarrhea in Depok City from 2013 to 2021, tending to be more common in areas with low coverage of adequate drinking water. The findings from this study will contribute to optimizing diarrhea control and prevention programs. 
Systematic Review of the Relationship between Hygiene Practice and the Incidence of Ascaris lumbricoides Infection in Southeast Asian Children Alodia, Anastasia Rouli; Wulandari, Ririn Arminsih
Preventia : The Indonesian Journal of Public Health Vol 8, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um044v8i22023p47-59

Abstract

Soil-Transmitted Helminth (STH) infection is one of the Neglected Tropical Diseases (NTDs) that affects around 1.5 billion people worldwide, including regions like Southeast Asia. The most common species infecting humans is Ascaris lumbricoides. Preschool-age and school-age children are particularly vulnerable to STH infection due to their living environments in areas where STH is prevalent. Infection of STH, especially Ascaris lumbricoides, can hinder physical and cognitive development and, in severe cases, cause obstruction of the small intestine. Various factors, such as hygiene practices, can influence the transmission of Ascaris lumbricoides infection in children. This study aims to explore the association between hygiene practices and the occurrence of Ascaris lumbricoides infection in children. A systematic review was carried out, and articles were searched in four databases: PubMed, EMBASE, Scopus, and ProQuest. Subsequently, the articles were selected based on specific criteria. Five articles were identified during the search. These articles revealed a significant association between handwashing habits, toilet usage, and washing fruits before consumption with the occurrence of Ascaris lumbricoides infection. On the other hand, there was no significant association found between washing vegetables before consumption and trimming nails and the occurrence of Ascaris lumbricoides infection in children.
Dampak Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare di Provinsi Sumatera Utara: Analisis Data Survei Kesehatan Indonesia Silalahi, Dahlia Kristina; Wulandari, Ririn Arminsih
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat Vol 16 No 4 (2024): JIKM Vol. 16, Edisi 4, November 2024
Publisher : Public Health Undergraduate Program, Faculty of Health Science, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52022/jikm.v16i4.705

Abstract

Latar belakang: Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia adalah diare, yang mengakibatkan kesakitan bahkan kematian. Menurut hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, diketahui prevalensi diare berdasarkan diagnosis/gejala pada semua kelompok umur di Indonesia adalah 4,3% sedangkan Provinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi diare lebih tinggi dari rata-rata nasional yaitu sebesar 4,7%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan salah satu penyebab diare yaitu faktor lingkungan antara lain sumber, pengolahan, serta kualitas fisik pada air minum, akses sanitasi, pengelolaan limbah non kakus, pengelolaan sampah, akses higien dasar. Metode: Studi Cross sectional yang menggunakan data sekunder yang berasal dari SKI tahun 2023 dengan melibatkan 57.311 responden di Provinsi Sumatera Utara. Variabel independen adalah faktor lingkungan berupa kualitas fisik, sumber dan pengolahan air minum serta akses sanitasi, pengelolaan limbah non kakus, pengelolaan sampah, akses higien dasar. Variabel dependen adalah kejadian diare. Analsis univariat dan bivariat menggunakan uji Chi square dengan a=0,05. Hasil: Rumah tangga dengan sumber air minum yang tidak aman memiliki risiko 1,25 kali lebih besar untuk mengalami diare, sementara kualitas fisik air minum yang tidak memenuhi syarat berisiko 1,68 kali lebih tinggi terhadap kejadian diare Kesimpulan: Hanya ada dua variabel yang berhubungan yaitu sumber dan kualitas fisik pada air minum dengan kejadian diare. Diharapkan kolaborasi multi sektor untuk menciptakan program-program yang komprehensif dalam menangani masalah diare dan faktor-faktor lingkungan yang berkontribusi.
PEMETAAN KERAWANAN DIARE PADA BALITA DI PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN PROFIL KESEHATAN JAWA BARAT TAHUN 2023 Ganiawati, Ganiawati; Wulandari, Ririn Arminsih
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.45423

Abstract

Diare menjadi penyebab kematian ketiga di dunia pada balita dengan jumlah kematian 443.832 anak pertahun.  Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi diare di Indonesia sebesar 12,3%. Sementara, di Jawa Barat, penderita diare balita yang dilayani pada tahun 2023 hanya mencakup 34,56%. Sebagai penyakit endemis di Jawa Barat, kejadian diare di provinsi ini berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Tujuan penelitian ini yaitu menggambarkan distribusi kasus diare pada balita di Provinsi Jawa Barat dan menentukan wilayah kerawanan kasus diare pada balita, persentase keluarga dengan sanitasi layak, presentase keluarga melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), presentase keluarga melakukan pengelolaan sampah rumah tangga dan presentase keluarga melakukan pengelolaan limbah cair rumah tangga. Studi ekologi deskriptif kuantitatif ini menggunakan data sekunder yang mewakili variabel-variabel di atas yang berasal dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2023. Peta wilayah Provinsi Jawa Barat didapatkan dari Badan Informasi Geospasial. Penelitian ini menggunakan unit administratif kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2023 dengan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Quantum GIS teknik skoring. Penelitian ini menunjukkan tingkat kerawanan diare pada balita dari 27 kabupaten/kota di Jawa barat memiliki enam wilayah kerawanan sangat tinggi kasus diare balita yakni Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Indramayu dan Kota Bogor. Wilayah yang memiliki kerawanan kasus diare sangat tinggi secara umum adalah wilayah dengan presentase keluarga melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), presentase keluarga yang melakukan pengolahan sampah rumah tangga dan presentase keluarga yang melakukan pengelolaan limbah cair dengan tingkat rendah dan sangat rendah.