Penulis : Neng Dara Affiah Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Cetakan : Desember 2017, cetakan pertama Tebal : xii + 200 Halaman Dimensi : 14,5 x 21 cm Buku ini ditulis oleh Dr. Neng Dara Affiah yang merupakan salah satu dosen di...
morePenulis : Neng Dara Affiah Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Cetakan : Desember 2017, cetakan pertama Tebal : xii + 200 Halaman Dimensi : 14,5 x 21 cm Buku ini ditulis oleh Dr. Neng Dara Affiah yang merupakan salah satu dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti judulnya, buku ini membahas tentang kepemimpinan perempuan dan seksualitas di mata Islam. Buku ini merupakan kompilasi dari beragam tulisan yang pernah dimuat dipelbagai buku, jurnal, dan surat kabar yang ditulis antara rentang waktu 1998-2016. Buku ini juga menyuguhkan bangunan pengetahuan dalam kerangka teologi Islam, sejarah sosial, dan sosiologi dengan keragaman argumentasinya atas topik hak-hak asasi perempuan yang berkembang di era reformasi. Pada buku ini, terdapat tiga topik besar yang menjadi tiga bab. Pada bab pertama, penulis membahas tentang Islam dan Kepemimpinan Perempuan. Bagaimana Islam memandang perempuan dan kepemimpinannya. Dimana, perempuan dipandang sebelah mata dan selalu mengalami diskriminasi oleh kaum laki-laki. Bagaimana perempuan selalu diremehkan ketika menjadi seorang pemimpin dan ketika ada seorang perempuan menjadi pemimpin, kaum laki-laki selalu mengaitkan argumentasi patriarki dengan Surah An-Nisa ayat 34 yang berbunyi laki-laki adalah qawwan dan bertanggung jawab terhadap perempuan. Padahal, perlu kita telisik lagi alasan/konteks kelahiran ayat tersebut. Pertama, ayat ini turun dalam konteks hubungan suami istri dan bukan dalam konteks kepemimpinan. Kedua, melarang perempuan menjadi pemimpin atas dasar ayat ini adalah sebuah keangkuhan yang bertentangan dengan konsep dasar Tuhan menciptakan manusia. Ketiga, ayat ini turun berkaitan dengan kuatnya kecenderungan kekerasan domestik pada masyarakat pra-Islam. Pada bab pertama ini juga membahas kendala kepemimpinan perempuan yang mana kendala terbesarnya adalah ganjalan teologis, juga terdapat alam bawah sadar kolektif masyarakat laki-laki, yang memiliki ego taabu untuk tunduk dibawah kekuasaan perempuan. Penulis juga membahas bagaimana selama ini sejarah pun hanya menceritakan sebagian kecil dari kepemimpinan perempuan selama ini, padahal banyak pemimpin-pemimpin dan pejuan-pejuang yang merupakan seorang perempuan. Selanjutnya, di bab dua tentang Islam dan Seksualitas Perempuan. Dalam bab ini, penulis membahas perkawinan dalam perspektif agama-agama, poligami, jilbab, dan kontrol seksualitas. Dalam agama-agama lainpun, perempuan tidak memiliki kebebasan dan kemerdekaan atas dirinya sendiri dalam perkawinan. Di agama Katolik, Yahudi bahkan Islam, perempuan diharuskan tunduk kedapa suami, perempuan tidak boleh keluar rumah, posisi perempuan hanya sebagai ibu dan istri, perempuan dipandang hanya sebagai penghasil keturunan. Hal ini jelas menimbulkan pemikiran bahwa kehidupan perempuan sangat memprihatinkan, dikerangkeng oleh kuasa patriarki. Melalui penjelajahan pemikiran Fatima Mernissi, ia memunculkan kembali figur-figur sejarah perempuan yang hidup dalam tradisi awal Islam. Beberapa figur perempuan